Jumat, 23 Desember 2016

 

Museum Kereta Api Sawahlunto


Museum Kereta Api Sawahlunto sangat layak didirikan di bekas kota tambang di wilayah Sumatera Barat ini, karena memang ia memiliki sejarah yang cukup panjang dengan kereta besi. Sejarah yang tidak lepas dengan kegiatan eksploitasi tambang batubara secara besar-besaran di daerah Sawahlunto oleh pemerintah kolonial Belanda.

Museum Kereta Api Sawahlunto menempati ruangan di dalam bangunan Stasiun Kereta Api Sawahlunto ini. Gedung Stasiun Kereta Api Sawahlunto dibangun pada 1912, namun sejak 2003 angkutan batubara tidak lagi memakai kereta api, sehingga sekarang hanya digunakan untuk melayani kereta api wisata sewa dan reguler pada hari Minggu.

Pintu Museum Kereta Api Sawahlunto masih tertutup rapat ketika kami tiba di sana sekitar jam 7 pagi. Museum baru buka jam 07.30 pagi. Setelah sempat berbincang dengan kepala perawatan merangkap masinis serta kepala stasiun, petugas akhirnya datang membukakan pintu. Tiket masuk saat itu Rp.3.000 untuk umum dan Rp.1.000 untuk pelajar.
Ada koleksi jam besar stasiun di Museum Kereta Api Sawahlunto, yang sebelumnya digantung di dinding luar stasiun. Setiap pagi, semua stasiun di wilayah Sumatera Barat akan diberitahukan melalui morse untuk menyamakan jarum jam. Angka empat Romawi pada jam ini sama dengan angka pada Jam Gadang Bukittinggi, yang ditulis memakai angka IIII.


Loko Uap Wisata Mak Itam seri E 1060 yang di simpan di Museum Kereta Api Sawahlunto ini beroperasi kembali sejak 21 Februari 2009, dengan sewa Rp.3,5 juta untuk umum, dan Rp.1,5 juta untuk anak sekolah dan pelajar. Ada pula jadwal kereta api diesel yang beroperasi setiap hari Minggu dari Stasiun Padang Panjang Solok ke Stasiun Sawahlunto.

Gerbong KA Wisata Mak Itam berkapasitas 30 orang, dan bisa dilihat di bengkel Museum Kereta Api Sawahlunto. Di dalam bengkel ada satu gerbong kereta lagi yang berkapasitas 23 orang, serta satu gerbong VIP. Untuk sampai ke stasiun Muara Kalaban dibutuhkan waktu sekitar setengah jam, dengan kecepatan kereta rata-rata 10 km/jam saja.
Lokomotif Mak Itam Museum Kereta Api Sawahlunto menggunakan batubara, yang terlihat terserak di depan tungku pembakaran, untuk memanaskan ketel uapnya. Lokomotif Mak Itam seri E 1060 itu dibuat di Jerman tahun 1965 dan beroperasi sejak 1966. Sempat dibawa ke Museum Kereta Api Ambawarawa pada 1996, sebelum dikembalikan di 2008.





Dokumentasi foto di Museum Kereta Api Sawahlunto, yang memperlihatkan masa-masa kejayaan kereta api di kota tambang batubara ini. Di jalur kereta api angkutan batubara Sawahlunto – Teluk Bayur sejauh 151,5 Km dibangun lima tempat pemberhentian, yaitu di Solok, Batubata, Padang Panjang, Kayu Tanam, dan terakhir di Teluk Bayur.


Dibutuhkan waktu sampai 10 jam non-stop untuk mengangkut batubara melewati jalur ini, karena kondisi jalan yang menanjak dan berkelok. Koleksi Museum Kereta Api Sawahlunto lainnya berupa peralatan seperti alat komunikasi, sinyal, pet, lampu, roda, baterai lokomotif, dsb. Seluruh koleksi museum berjumlah 106 buah.

Gerbong VIP juga bisa dilihat di dalam bengkel Museum Kereta Api Sawahlunto. Menurut Pak Bukhari, kepala perawatan kereta api dan masinisnya, tidak begitu mudah untuk mengoperasikan KA Wisata Mak Itam yang rem-nya manual ini, melewati terowongan Lubang Kalam sepanjang 835 m yang lintasan di separuh terowongannya naik menanjak.
 
Saat itu ruangan audio-visual Museum Kereta Api Sawahlunto tampak sepi, mungkin hanya diputar jika diminta. Juga ada terompet langsir yang digunakan juru langsir saat berganti posisi loko, dengan semboyan maju dan mundur. Museum diresmikan pada 17 Desember 2005, merupakan museum kereta api kedua setelah Museum Kereta Api Ambarawa.
Museum Kereta Api Sawahlunto selengkapnya: 4.Elok 5.Pintu Museum 6.Tengara 7.Peron 8.Rendah 9.Gerbong 10.i20301



Museum Kereta Api Sawahlunto ::
Jalan Kampung Teleng, Kelurahan Pasar, Kecamatan Lembah Segar, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat. Telepon 0754-61023.
Jam Buka;
Selasa – Minggu: 08.00 – 17.00,
Senin: Tutup.
Tiket Masuk;
Umum: Rp 3.000,
Pelajar dan anak-anak: Rp 1000,
Kereta Api Mak Hitam (hanya hari Minggu) Rp. 50.000.
Tempat Wisata di Sawahlunto, Peta Wisata Sawahlunto, Hotel di Sawahlunto



 

Melihat Penangkaran ''Tukik''

di

UPTD Pusat Konservasi Penyu Pariaman!!!

 

Selain dikenal dengan objek wisata jam gadang, Sumatera Barat juga ternyata memiliki satu destinasi eko-wisata yakni Pusat Konservasi Penyu di Kota Pariaman. Di sini, kita dapat melihat bagaimana penyu-penyu yang hidup di kawasan Pariaman dipelihara dalam sebuah penangkaran.


Untuk bisa menuju pusat konservasi yang terletak di Jalan Syeh Abdul Arif, Desa Apar, Kecamatan Pariaman Utara, Sumatera Barat, tidaklah begitu sulit. Dari Pusat Kota Pariaman hanya memerlukan waktu 10 menit untuk sampai ke destinasi ini.


Begitu sampai di pusat konservasi ini, aneka jenis tukik seperti menyambut keberadaan kita. Ada beberapa jenis tukik yang bisa kita lihat di sini seperti penyu lekang, penyu hijau dan penyu sisik. Sejak 2009 tempat penangkaran penyu ini telah melakukan penangkaran kurang lebih 30.000 ekor tukik. Setelah melewati masa penangkaran, sebagian besar tukik-tukik tersebut kemudian dilepaskan ke laut.

Untuk dapat lebih dekat dan bahkan ingin menyentuh tukik-tukik ini, UPTD Pusat Konservasi Penyu Pariaman ini memiliki beberapa fasilitas yang dapat dikunjungi pengunjung seperti, ruang inkubasi peneluran penyu, hacthery, dan ruang karantina. Pengelola juga menyediakan ruang informasi untuk pengunjung yang ingin mengetahui lebih banyak informasi mengenai tukik-tukik yang ada di pusat konservasi ini.

Selain berfungsi sebagai pusat konservasi, saat ini UPTD Pusat Konservasi Penyu Pariaman juga menjadi salah satu objek eko-wisata. Tidak hanya wisatawan dari Pariaman dan Padang pada umumnya, namun wisatawan mancanegara juga menjadikan destinasi wisata ini sebagai salah satu tempat yang mereka kunjungi ketika berada di Pariaman. [YvN!/IndonesiaKaya]

Rabu, 21 Desember 2016

NGALAU indah,

Riuh Suara Alam di Puncak Payakumbuh!!!


Payakumbuh bagaikan Bandung di Jawa Barat. Kawasan ini dikelilingi oleh dataran tinggi dan pegunungan yang menjulang di berbagai penjuru. Setidaknya, ada tiga gunung besar yang puncaknya dapat kita lihat dari kota ini, yaitu, Gunung Sago, Gunung Marapi dan Gunung Singgalang. Di samping gunung-gunung tersebut, ada beberapa puncak perbukitan di dalam Kota Payakumbuh yang menjadi penghias bentang alamnya.

Keindahan panorama kota dari puncak-puncak bukit di dalam kota ini menjadi suatu daya tarik bagi sektor pariwisata. Karenanya, beberapa di antaranya dikembangkan sebagai aset wisata alam unggulan di kota terbesar ketiga di Provinsi Sumatera Barat ini.

Salah satu di antaranya adalah Puncak Ngalau Indah. Objek wisata alam ini menggabungkan keindahan panorama kota dengan suasana wisata alam yang menyenangkan.


Ngalau Indah terletak sekitar 4 km dari pusat Kota Payakumbuh atau 31 km dari Bukittinggi. Objek ini merupakan sebuah gua alam dengan beberapa mulut gua sebagai akses masuk dan keluar. Di dalam gua besar ini kita dapat melihat keindahan stalagtit dan stalagmit yang masih terjaga dengan baik.

Gua ini dihuni kawanan kalelawar yang membuatnya senantiasa dipenuhi suara riuh sepanjang waktu. Selain kalelawar, terdapat burung walet yang bersarang diantara celah-celah langit-langit yang menjulang dengan tinggi sekitar 10 meter.

Di dalam gua dengan ketinggian 640 mdpl ini juga terdapat sejumlah bagian dari gua yang memiliki bentuk unik dan sangat khas. Salah satu diantaranya adalah batu gong. Batu gong adalah sebuah batu berlubang dengan bentuk seperti kerucut berongga atau menyerupai lonceng. 


Letaknya tepat berada di sisi kiri dari pintu masuk gua. Bentuknya yang unik, membuat batu ini menghasilkan pantulan suara yang cukup nyaring. Ada pula dua buah batu yang terletak berdampingan secara vertikal dengan bentuk menyerupai gajah dan jamur. Selain itu, ada pula yang memiliki bentuk kelambu, payung, dan manusia.

Trek perjalanan menyusuri jalan setapak dari pintu masuk gua hingga pintu keluar gua berjarak sekitar 80 meter. Jalur setapak tersebut tidak mendatar tetapi berupa jalur menurun dan menanjak dengan banyak anak tangga.

Ada pintu keluar lain menuju trek kearah Puncak Marajo dengan jarak kurang lebih sekitar 1 km. Selain menjelajahi gua, pengunjung juga dapat menikmati panorama Kota Payakumbuh secara utuh di tengah taman dengan pepohonan yang rindang dan angin semilir.

Akses menuju gerbang masuk kawasan ini melalui Jalan Soekarno-Hatta. Dari gerbang masuk hingga ke areal parkir kita akan melalui jalur menanjak yang berjarak kurang lebih 800 meter. Jalur ini  dikelilingi oleh kawasan hutan wisata seluas kurang lebih 10 Ha yang menjadikannya sejuk dan rindang.

Pada akhir pekan, jalur menuju Ngalau Indah ini menjadi tempat favorit warga Payakumbuh untuk olahraga atau sekedar berjalan-jalan bersama keluarga. Setiap minggunya kawasan ini juga menjadi ajang 'car free day'. Masyarakat datang secara beramai-ramai berjalan kaki menyusuri jalur tersebut hingga ke puncaknya. [Andre/IndonesiaKaya]

Minggu, 18 Desember 2016

Green House ‘Lezatta’

 
     Nuansa serba hijau ini terletak di Jl. Bukittinggi-Payakumbuh, km 9.5, Baso, Kab. Agam-Sumatera Barat.

     Dari Kota Bukittinggi, Green House ini berada di sebelah kiri sebelum SPBU Baso. Akses ke  lokasi terbilang mudah, hanya dengan menaiki transportasi umum, yaitu angkot biru muda dari Aur Kuning.
   
     Perjalanan menuju Lezatta membutuhkan waktu sekitar 20 hingga 30 menit. Insert untuk pengunjung dewasa Rp 10.000,- dan anak-anak Rp 5.000,-.

     Green house lezatta rumah kuno eropa dan interior eropa kuno yg dipadu dg rangkaian2 bunga2 anggrek cantik dan baju2 bridal  yg cantik dan mewah utk boot pemotretan dengan biaya sewa Rp 50.000,-.

Green house lezatta menerima pesanan souvenir kaktus cantik utk perkawinan;
 
 







Selasa, 15 November 2016

Pemandian Lubuk Mata Kucing!!!!

Pemandian Lubuk Mata Kucing-Adalah salah satu objek wisata alam yang ada di Kota Padang Panjang, yang menjadi salah satu pilihan wisata untuk masyarakat lokal ataupun wisatawan luar yang berkunjung ke kota ini.

Lokasi dan TransportasiAir segar yang berasal langsung dari mata air, menjadi daya tarik sendiri untuk wisatawan yang menyukai keindahan alam serta mampu mendorong wisatawan untuk mengunjungi Pemandian Lubuk Mata Kucing ketika berkunjung ke Kota Padang Panjang.
Pemandian Lubuk Mata Kucing ini lokasi nya berada di Kota Padang Panjang, yang merupakan kota dengan luas wilayah terkecil pada provinsi Sumatera Barat. Kota Padang Panjang ini sendiri berjarak kurang lebih sekitar 65 kilometer dari Kota Padang, atau memakan watu sekitar 2 jam perjalanan.
Sedangkan untuk anda yang datang dari Kota Bukit Tinggi, hanya berjarak sekitar 19 kilometer atau bisa anda tempuh dengan waktu sekitar 35 menit saja.
Untuk menuju ke Kota Padang Panjang ini, anda bisa menggunakan kendaraan pribadi dan juga bisa menggunakan kendaraan umum. Untuk kendaraan umum, anda bisa menggunakan bus atau travel yang tersedia dikota Padang atau kota bukittinggi.
Dengan biaya kurang lebih sekitar Rp. 30.000-Rp 35.000*) per orang nya. Anda juga bisa menggunakkan kereta api dari Kota Padang, Kota Bukit Tinggi serta Kota Solok, dan anda akan tiba di stasiun kereta api di Padang Panjang.
Setelah anda sampai di Kota Padang Panjang, anda bisa langsung menuju ke lokasi Pemandian Lubuk Mata Kucing. Lokasi nya berada di Pasar Usang, atau sekitar 3 kilometer dari Kota Padang Panjang.
Dari pinggir jalan raya Padang Panjang-Bukit tinggi, anda bisa menggunakan jasa ojek untuk menuju ke lokasi, atau bagi anda yang menggunakan kendaraan pribadi anda bisa langsung menuju ke lokasi objek wisata alam Pemandian Lubuk Mata Kucing. Wisata
Lokasi pemandian yang memiliki air dengan warna biru layaknya seperti mata seekor kucing ini sangat lah sejuk, sehingga akan menggoda anda untuk segera mencoba berendam di air yang sejuk atau pun sekedar cuci mata untuk menikmati pemandangan indah di lokasi Pemandian Lubuk Mata Kucing ini.
Kesejukkan air yang ada di lokasi objek wisata alam Pemandian Lubuk Mata Kucing ini, dikarenakan mata air yang mengairi nya berasal dari Gunung Singgalang.

Tempat wisata yang dulu di bangun oleh pihak Belanda ini, sekarang berada di bawah naungan pemerintah daerah Kota Padang Panjang, dengan harga tiket masuknya yang sangat murah, yaitu hanya sekitar Rp 5.000*) per orangnya, membuat beberapa wisatawan lokal yang sebagian besar warga Kota Padang Panjang, selalu sering datang untuk liburan ke tempat ini.
Atlit-Atlit renang dari Kota Padang Panjang juga kerap kali latihan renang di tempat ini. Walaupun belum adanya fasilitas berupa loker, namun disini telah disiapkan beberapa pondokan untuk meletakkan barang-barang anda, dan juga agar bisa menjadi tempat duduk dan bersantai sembari menikmati keindahan alam yang bisa anda lihat dari tempat pemandian alam Lubuk mata kucing ini.
Tempat ini memang tidak terlalu ramai seperti Mifan, apalagi jika saat hari kerja, namun tempat ini mampu memberikan ketenangan yang bisa merilekskan pikiran anda dan juga menghilangkan stress yang menggangu, dengan sughan keindahan alamnya.
Jika anda ingin berlama-lama menikmati objek wisata yang satu ini, anda tidak usah khawatir, karena di sekitar objek wisata alam Pemandian Lubuk Mata Kucing ini terdapat beberapa penginapan atau pun hotel yang bisa anda kunjungi untuk menginap.
Diantaranya hotel hasiba yang berada di jl. K. H. Ahmad Dahlan, no. 19 Guguk Malintang, hotel Bungalow indah di jl. Ahmad yani no.8, Ngalau, hotel Makmur di jl. Imam bonjol no. 234, dan wisma PT. KAI di jl. St. Syahrir stasiun kereta api silaing atas.
Tips
1. Jika anda pergi liburan ke Lokasi Wisata Pemandian Lubuk Mata Kucing ini, lebih seru kalau memakai kendaraan sendiri, karena sehabis dari sini, jika anda ingin bepergian ke tempat lain akan lebih mudah, lagipula anda tidak harus tergesa-gesa pulang. Apalagi, pemandangan langit ketika senja di tempat ini sangatlah indah.
2. Sebelum berenang di Lokasi Wisata Pemandian Lubuk Mata Kucing, sebaiknya anda sarapan terlebih dahulu, sebab airnya lumayan dingin karena berasal dari mata air pegunungan langsung, makanya bisa saja anda terkena kram perut atau masuk angin.
Solusi lainnya anda bisa membawa makan siang dari rumah saja atau beli di luar, karena makanan disini mungkin tidak sesuai dengan selera anda, apalagi dengan harga makanan yang lumayan mahal di banding jika anda beli di luar, jadi setidaknya anda juga bisa lebih berhemat.
3. Sebaiknya jangan membawa barang berharga seperti emas atau yang lainnya, selain itu, sebaiknya anda bergantian menjaga barang-barang bawaan anda, karena disini belum ada fasilitas loker tempat penyimpanan barang, jadi anda lebih baik waspada, karena tidak menutup kemungkinan terjadinya musibah seperti pencurian.
Keindahan alam dan kesegaran air di tempat ini, sangat bagus untuk di datangi, apalagi untuk anda yang ingin liburan asyik tapi hemat, anda bisa mengunjungi Lokasi Pemandian Lubuk Mata Kucing untuk bersenang-senang bersama teman-teman anda.
Nah, jangan lewatkan Kota Padang Panjang sebagai salah satu kota tujuan untuk wisata anda bersama rekan maupun keluarga. Selamat Berlibur!
*)Harga dapat berubah sewaktu-waktu

Sabtu, 05 November 2016

TABEK GADANG [Sungai Tanang] !!!

Sungai Tanang Village (In Minangkabau; Nagari Sungai Tanang) located in Agam Regency or 8,6 Km from Bukit Tinggi City. People in the era of 1960’s was know this village as one of tourism destination, there are water springs named Tagan and Tabek Gadang (huge fish pond). The water springs was become a water source for Bukit Tinggi City. This village located at the foot of Mount Singgalang and face to Mount Marapi.
___________________
Pada hari keempat di bulan Ramadhan 1437 H ini, selepas shalat Zuhur kami bersama seorang kawan pergi berpesiar keliling negeri di Bukit Tinggi dan Agam. Semula rencana kami ialah hendak ke Nagari Koto Gadang namun di tengah perjalanan kawan kami membelokkan ondanya[1] ke kiri. Pada gerbang masuk tertulis Nagari Sungai Tanang “Pernahkah engku ke sini?” tanyanya sambil membawa onda dengan cukup laju.
Nun Jauh disana ialah Masjid Jamiak
“Tiada pernah engku..” jawab kami kesenangan, sebab kami memang berminat sekali berpesiar ke negeri nan belum pernah kami ziarahi.
Berjarak sekitar 8,6 Km arah selatan Bukit Tinggi dan terletak di kaki Gunung Singgalang serta menghadap langsung ke Gunung Marapi membuat nagari ini sungguh cantik mempesona. Kalau engku, rangkayo, serta encik sekalian berminat hendak datang melancong dan berpesiar ke nagari ini maka silahkan masih di Simpang Padang Lua arah ke Maninjau. Beberapa kilometer selepas itu engku silahkan belok kiri tepat di gerbang gaya Minangkabau yang ada tulisan Nagari Sungai Tanangnya. Ikuti saja jalan itu maka engku akan dibawa ke tengah nagari dimana sebuah kolam besar yang dinamai penduduk dengan Tabek[2] Gadang (Kolam Besar) berada.
Kanak remaja sedang bermain sampan
Di dekat Tabek Gadang ada sebuah masjid jamiak yang konon katanya dahulu pada tahun 1970an dijadikan sebagai lokasi shooting filem Di Bawah Lindungan Ka’bah. Namun bukan masjid yang ini melainkan masjid lama sebelum direnovasi. Masjid sekarang ialah masjid baru yang didirikan dibekas lokasi masjid lama. Masjid Jamiak dan Tabek Gadang hanya dipisahkan oleh jalan .
Arti Tulisan dalam Bahasa Belanda: Resort Sungai Tanang di Bukit Tinggi. Sumber Gambar: KITLV. NL
Tabek Gadang berukuran 75 x 300 m, keberadaan tabek inilah yang membuat wajah Nagari Sungai Tanang semakin merona sebab Tabek Gadang merupakan salah satu magnet utama dalam menarik para pelancong dari berbagai nagari pada masa dahulu. Saking ramainya orang datang, sampai dibuatkan syairnya dan didendangkan oleh para biduan. Pada masa dahulu para pelancong yang datang menggunakan bendi, sehingga makmurlah para pemilik dan kusir bendi pada masa dahulu. Mereka datang dari berbagai nagari, mulai dari nagari terdekat hingga nan jauh seperti dari Pakan Baru dan Medan.
Kolam kedua yang dahulunya merupakan kolam renang
Kini pada Tabek Gadang tampak dibuatkan oleh orang sebuah wahana permainan air, yakni semacam sepeda air yang dapat dipakai berdua. Tatkala kami sampai di nagari ini, sepeda itu sedang parkir adapun yang tampak bermain di tengah Tabek Gadang ialah dua orang remaja yang sedang bermain naik sampan. Juga tampak beberapa kanak-kanak sedang mandi-mandi.
Gunung Marapi
Setelah kami amati rupanya tidak hanya satu kolam disana melainkan ada agak tiga buah dengan Tabek Gadang. Dua kolam lagi berukuran lebih kecil dan terletak di sebelah Tabek Gadang. Pada kolam nan satu tampak ada bekas-bekas fasilitas kolam renang, seperti tangga menuju ke dasar kolam, tempat berpijak bagi perenang yang hendak berpacu, dan menara untuk meloncat. Keadaan kolam ini tiada jauh berbeda dengan tabek biasa, berlunau dan dihuni oleh beberapa ikan air tawar.
“Dahulu tempat ini megah engku..” ujar kawan kami Katik Rajo Agam. Memanglah benar ucapan kawan kami ini, sangat jelas tampak pada bekas-bekasnya.
Adapun kolam nan satu lagi terletak disisi kolam nan kedua, keadaannya hampir sama namun tiada bekas pembangunan seperti coran semen pada kolam ini. Konon kabarnya dahulu kolam ini ialah tempat pemandian yang dilengkapi fasilitas yang baik pada masanya. Namun keadaan telah berubah, menurut sumber yang kami dapatkan bahwa pengembangan kolam ini terhambat karena berbagai hal antara pihak nagari dengan kabupaten. Alangkah baiknya kita serahkan kembali ke kearifan lokal, milik nagari (rakyat) sebaiknya jangan sampai diambil alih oleh negara.
Selain Tabek Gadang, nagari ini juga dikenal sebagai nagari pemasok sumber air kepada Bandar Bukit Tinggi. Di nagari ini terdapat sebuah mata air yang bernama Tiagan. Sayangnya kami tiada tahu dimana letak mata air ini.
Bagi engku, rangkayo, serta encik sekalian nan berkeinginan datang ke nagari ini pada musim liburan, silahkan datang untuk menikmati keelokan nagari ini. Suasana pedesaannya bagus, rapi, dan bersih. Kamipun berkeinginan untuk datang lagi ke nagari ini.

Jumat, 04 November 2016

Pantai Nirwana Padang!!!

Perjalanan ke Pantai Nirwana Padang di tempuh dengan mengarah ke selatan dari Kota Padang, melewati Jl. Sutan Syahrir, lalu Jalan Padang – Bengkulu yang padat dilalui oleh truk-truk angkutan barang. Tidak begitu lama kemudian Pelabuhan Teluk Bayur yang terkenal sudah terlihat dari kejauhan, di sebelah kanan jalan yang kami lalui.
Perjalanan ke Pantai Nirwana dilanjutkan dengan melewati jalan Padang – Muko-muko yang aspalnya cukup mulus, membujur di sepanjang tepian laut, berkelok di sebuah semenanjung, dan lalu masuk ke pinggiran sebuah ceruk yang merupakan bagian dari Teluk Bungus. Di beberapa titik kami berhenti melihat pemandangan laut dari atas tebing.
Di tepian jalan, pada sebuah titik pemberhentian dalam perjalanan menuju Pantai Nirwana Padang, kami melihat sekawanan monyet ekor panjang yang berjalan berlalu lalang di atas batuan padas besar dan duduk di dahan-dahan pepohonan. Mereka sepertinya telah terbiasa menunggu jatah upeti dari para pejalan yang lewat di daerah kekuasaannya.

Sebuah perahu motor kecil dengan tiga orang di dalamnya terlihat melintas membelah permukaan air laut yang tenang dan jernih. Di latar belakang tampak deretan pohon nyiur di sepanjang tepian pantai yang langsung berbatasan dengan kaki bukit dengan pepohonan yang lebat, memberikan pemandangan yang sejuk dan menyegarkan.

Kapal-kapal motor bisa di sewa di Pantai Nirwana Padang untuk menjelajahi tepian pantai. Setelah menyusur jalan Padang Bengkulu cukup jauh akhirnya kami berbelok ke kanan di untuk masuk ke kawasan Pantai Nirwana. Saat itu tidak banyak pengunjung yang tengah berada di pantai, karena memang bukan akhir pekan atau hari libur.

Serakan kapal motor di tepian Pantai Nirwana Padang dan lalu-lalangnya perahu nelayan lainnya yang keluar masuk area pantai merupakan hiburan tersendiri bagi para pejalan. Perahu motor nelayan itu bisa disewa oleh pengunjung untuk berperahu menikmati pemandangan dari tengah laut, serta merasakan segarnya angin laut saat perahu melaju.
Di bagian lain ada bebrapa kapal penangkap ikan berukuran cukup besar tengah berlabuh beberapa puluh meter dari tepian Pantai Nirwana Padang. Kapal-kapal itu memiliki banyak lampu sorot dengan cadik yang lebar. Kapal yang biasanya digunakan untuk menangkap cumi-cumi karena cumi-cumi datang mendekat ketika melihat sorot lampu yang terang.
Pemandangan laut yang indah pada area teluk dimana Pantai Nirwana berada dilihat dari sebuah perbukitan di tepi jalan. Titik dimana saya mengambil foto ini berada pada lokasi perbukitan di pinggir jalan beberapa ratus meter setelah dari Pantai Nirwana. Ada cukup banyak titik pandang bagus, baik sebelum maupun sesudah Pantai Nirwana.
Dari titik pandang yang elok ini saya bisa melihat sebuah kapal cepat yang sedang berbalik arah membentuk lintasan berbentuk busur yang indah di atas permukaan air laut. Beberapa kapal yang sarat penumpang juga terlihat mengapung di atas permukaan laut yang terlihat tenang. Beberapa tempat memiliki pemandangan bebas yang luas ke arah laut.
Pantai Nirwana Padang merupakan sebuah pantai landai, dengan air jernih, ombak laut yang tidak begitu besar sehingga permukaan air lautnya relatif tenang. Pantai yang elok ini cocok untuk bersantai menikmati panorama laut dengan semua kesibukannya, menyewa perahu untuk berkeliling, dan ada juga tempat yang bisa digunakan sebagai area berkemah.

Jumat, 28 Oktober 2016

Menikmati Kesejukan Alam di Air Terjun Ngungun Saok!!!

Lubuak Minturun Kota Padang Sumatera Barat baru-baru ini ramai diperbincangkan di media sosial Facebook, Twitter, bahkan Istagram. Tempat yang berjarak lebih kurang 10,6 KM dari pusat Kota Padang dengan jarak tempuh 22 menit mengunakan kenderaan bermotor ini kembali eksis dengan tempat wisata baru nya yaitu Air Terjun Ngungun Saok.
ngungun saok lubuk minturun padang
Air Terjung Ngungun Saok terletak disebuah bukit di Lubuak Minturun, untuk sampai dilokasi tersebut pengunjung harus sedikit mengeluarkan tenaga exstra dikarenakan akses jalan ke lokasi tersebut hanya berupa jalan berbatu tanpa dilapisi aspal. Jika hujan turun maka sepanjang perjalanan akan banyak dijumpai genangan-genangan air.
ngungun saok lubuk minturun padang
Perjalanan menuju Air Terjun Ngungun Saok dilaksankan tim SUMATERATERKINI.com beserta Instagram@EXPLOREMINANG pada Minggu (18/10) Pagi. Perjalanan kami diawali dari pusat Kota Padang dengan melewati jalan By Pass menuju arah Bandara Internasional Minangkabau. Setelah sepuluh menit berkendara dengan menggunakan sepeda motor kami akhirnya sampai di kerbang masuk Lubuak Minturun yang juga terkenal dengan kawasan Agro Wisatanya.
ngungun saok lubuk minturun padang
Suasana rindang dan sejuk dengan dipenuhi pepohonan hijau langsung terasa ketika memasuki gerbang Lubuak Minturun, suasana Kota Padang yang panas mulai berubah menjadi sejuk sepanjang perjalanan. Kanan dan kiri jalan ditumbuhi pohon rindang serta bunga yang indah sehingga sengatan matahari tidak leluasa menyinari jalan.
Sekitar 5 menit dari gerbang masuk Lubuk Minturun, kami menjumpai pertigaan. Untuk sampai pada Air Terjun Ngungun Saok kami belok kiri menuju Kolam Renang ABG yang sudah terkenal semenjak lama di Lubuak Minturun. Sekitar 2 Kilo Meter dari Pemandian ABG perjalanan masih terasa mulus dengan jalan beraspal. Namun hal tersebut tidak berlangsung lama.
Galeri Foto: Pesona Alam Air Terjun Ngungun Saok
Jalan beraspal hanya sampai separuh jalan menuju Air Terjun Ngungun Saok, selanjutnya kami melewati jalan berbatu. Tak sedikit tanjakan serta penurunan berbatu yang harus dilewati, panjang jalan berbatu ini berkisar antara 2 Kilometer. Sesekali kami menjumpai genangan air di tengah jalan, hal tersebut dikarenakan hujan mengguyur Kawasan Lubuak Minturun semenjak semalam.
ngungun saok lubuk minturun padang
Untuk mengendarai motor disini dituntut kehati-hatian ekstra, lengah sedikit anda bisa terjatuh diantara batuan jalan, selain itu jalanan tanah yang licin juga menyebabkan ban motor sering selip. Kanan kiri jalan tanah dan berbatu yang dilewati ditumbuhi rumput ilalang, suasana bising kendraan tidak terdengar lagi di sini, yang terdengar hanyalah kicauaan burung serta suara dedaunan ditipu angin, sahut bersahut sehingga menciptakan melodi alam yang indah.
ngungun saok lubuk minturun padang
Tak lama berselang kami menemui pos satu yang dijaga oleh pemuda setempat, disana pemuda memungut biaya sebesar Rp. 5000,- per orang untuk setiap pengunjung yang akan berwisata ke Air Terjun Ngungun Saok. Selepas membayar tiket masuk kamipun melanjutkan perjalanan sekitar 1 Kilometer dengan kondisi jalan yang sama bahkan lebih parah dengan pendakian serta penurunannya yang mencapai sudut 40 derajat.
Lebih kurang 15 menit perjalanan kami sampai pada lokasi parkir yang disediakan masyarakat setempat. Kendaraan kami tinggalkan disini dengan membayar uang parkir sebesar Rp. 3000,-. Untuk mencapai Air Terjun Ngungun Saok masih harus dilanjutkan dengan berjalan kaki mengingat medan jalan yang semakin parah.
Lokasi Air Terjun Ngungun Saok memang telah dikelola oleh masyarakat setempat meskipun belum secara maksimal. Untuk memudahkan pengunjung baru setiap persimpangan sudah diberi papan penanda agar pengunjung tidak tersesat, dan dijaga beberapa orang.
 ngungun saok lubuk minturun padang
Setelah melakukan pendakian dengan berjalan kaki kami sampai disebuah papan penunjuk arah yang menandakan perjalanan menuju Air Terjun Ngungun Saok masih harus diteruskan dengan menuruni tebing. Sebelum menuruni tebing curam tersebut pengunjung juga diharuskan membayar uang masuk sebesar Rp. 3000,-.
Disinilah tantang yang harus dilewati, sebelum menikmati keindahan alami. Tuhan menciptaka sesuatu yang indah itu untuk dinikmati namun sebelum keindahan tesebut bisa dinikmati kadang setiap orang harus menjalani perjuangan yang begitu menantang. Seperti itulah gambarannya perjalanan menuju Air Terjun Ngungun Saok
Hujan yang mengguyur kawasan Lubuak Minturun semalam memang sedikit menyulitkan langkah kami untuk menuruni tebing dengan kemiringan hampir 80 derajat tersebut, jalan tanah yang licin menuntut kami untuk selalu waspada, jika terpeleset sedikit maka akan jatuh hingga ke dasar jurang. Untuk memudahkan pengunjung penduduk setempat juga telah membuatkan tangga dari tanah, namun jalan tersebut tetap licin.

Satu persatu anak tangga kami turuni, agar tidak terpelesat kami berpegang kepada kayu maupun tumbuhan yang ada dikanan kiri jalan, kala itu jam masih menunjukkan pukul 10:00 pagi, sehingga belum banyak pengunjung yang berdatangan. Jarak penurunan berkisar berkisar lebih kurang 800 meter.
Tak lama menuruni tebing, suara dentuman air mulai terdengar yang menadakan Air Terjun Ngungun Saok semakin dekat, dari jauh di dasar jurang kami melihat air yang mengalir jernih diantara bebatuan besar. Namun untuk sampai didasar masih ada perjuangan yg harus dilakukan, yaitu menuruni tebing batu dengan kemiringan hampir 90 derajat, lengah sedikit batuan besar akan menanti jauh di dasar sungai.
Agar memudahkan pengunjung menuruni tebing batu penduduk setempat juga telah memasang tali pancang sehingga pengunjung bisa berpengangan pada tali tersebut untuk menuruni lokasi.
Rasa letih serta cucuran keringat dalam perjalanan langsung terbayar sesampainya di Air Terjun Ngungun Saok. Aliran air yang bening dan menampakkan dasar batuan indah dengan keladalam satu hingga dua meter. Selain kebeningan air, Ngungun Saok juga dipercantik dengan  tebing batuan yang menjulang tinggi, di satu sisi tebing dihiasi dengan dengan air terjun yang tidak terlalu besar, sehingga nyaman jika berada dibawahnya untuk mendinginkan badan.
Ngungun Saok identik dengan batuan besar yang hampir tersebar disetiap aliran sungai, batuan tersebut beragam ukuran mulai dari besar dan kecil. Lukisan alam dari batuan ini lah yang memancarkan keindahan alami yang tidak ternilai harganya. Selain batuan lokasi Ngungun Saok yang berada ditengah hutan pastinya menjadikan udara di sekitar sejuk, karena sinar matahari tidak mampu menembus rimbunnya dedaunan.
Bagi anda para traveler yang hobi berenang dan melompat, Ngungun Saok juga memliki itu semua, dari bukit batuan yang memengelilingi Ngungun Saok anda bisa melompat ke dasar air, masalah ketinggian lompatan anda bisa mengatur sendiri, karena batuan tersebut memiliki ketinggian yang berbeda.
Ngungun Saok memang cocok untuk dijadikan destinasi wisata alam, menikmati sejuknya udara, menikmati gemercik air yang jauh dari kesan kebisingan kota serta berendam dalam kebeningan sungai Ngungun saok sambil menyejukkan badan.
Berwisata menuju kemewahan kota maka anda akan merasakan begitu besarnya kesombongan, namun ketika berwisata ke alam maka anda akan merasakan kesejukan dan persaudaraan. Jadi tidak ada salahnya anda mengisi liburan akhir pekan kali ini dengan mengunjungi Air Terjun Ngugun Saok Lubuak Minturun untuk menikmati semua keindahan alami yang diciptakan tuhan untuk anda.

Minggu, 23 Oktober 2016

"Lubuak Bonta" Si Bening Yang Misterius!!!

Bagi warga luar Sumatera Barat tentunya tidak familiar dengan nama daerah yang satu ini, Kayu Tanam. Kayu Tanam merupakan daerah yang terletak di Kabupaten Padang Pariaman, berjarak lebih kurang 30 menit dari kota Padangpanjang atau satu jam dari Kota Padang. Nagari yang berada di jalan lintas Padang-Bukittinggi ini menyediakan beberapa tempat untuk camp karena dialiri sungai yang jernih dan bersih. Hingga saat ini masih banyak warga yang mengandalkan sungai sebagai sumber air bersih untuk MCK. Tak heran beberapa air mineral kemasan yang dijual dipasaran bersumber dari sini diantaranya S*S dan SL**G. Siapa sangka dibalik sungai-sungai jernih tersebut terdapat satu air terjun mini dengan kolam yang biru. Lubuk (lubuak) Bonta. 

"Lubuak Bonta" Si Bening Yang Misterius

Lubuak Bonta terletak di Korong Tarok, Kenagarian Kapalo Hilalang, Kecamatan 2 X 11 Kayu Tanam. Untuk menuju lokasi ini kita masuk dari Sicincin menuju tempat penyulingan air mineral kemasan. Sekitar 15 menit menggunakan kendaraan mengikuti jalan di perkampungan yang sudah diaspal, lurus saja. Setelah bertemu jembatan, kita akan menemukan sebuah lokasi pemandian warga di sebelah kanannya. Airnya juga jernih, memanjang dan tidak terlalu dalam.

Perjalanan menuju Lubuak Bonta dilanjutkan tidak jauh dari lokasi pemandian ini. Kita akan menemukan jalan berbatu, masuk, dan parkir kendaraan (mobil tidak bisa masuk). Terlihat dibalik semak jalan “bajanjang” menuju Lubuak Bonta.

"Lubuak Bonta" Si Bening Yang Misterius

Terlihat bahwa pemandian warga yang terkenal sejak era 1970-an ini lama tak dipakai dan dimanfaatkan. Jalan menuju kebawah sudah menjadi semak belukar meski jalan masih terlihat. Hati-hati saat menuju ke bawah, ada beberapa binatang seperti “bingkaruang” yang akan mengagetkan kita dengan kekagetannya melihat kita, hehe. 

"Lubuak Bonta" Si Bening Yang Misterius

Beberapa anak tangga yang kita lalui akan memberikan kita view indah dengan air terjun mininya dan kolam dangkal nan jernih, serta warna biru dibawah jatuhnya si mini. Namun terlihat sampah organic seperti daun-daun kering yang tersangkut pada tanaman air (hydrilla) di pinggir kolam yang dangkal.

Benar-benar menggugah selera untuk berenang disini. Tapi setelah melihat sekeliling, tampak sekali bahwa tempat ini tak lagi dipakai warga setempat. Tempat yang seperti tak terjamah tangan manusia, tak terawat, dan seperti tidak ingin dilakukan pengembangan untuk lokasi wisata disini. Terlihat semak, dan ada ruang seperti tempat mengganti pakaian namun sudah berlumut.

"Lubuak Bonta" Si Bening Yang Misterius

Ini merupakan salah satu bukti (kejayaan) bahwa dulu tempat ini merupakan lokasi yang dimanfaatkan warga untuk kebutuhan sendiri dan wisata.. Namun kenapa sekarang tak lagi digunakan?

Menurut pengakuan beberapa orang tempat ini angker dan pernah ada penampakan (tidak ada bukti yang penulis dapatkan). Salah seorang teman yang merupakan warga tandikek mengatakan, disini pernah terjadi kecelakaan motor dan pengendara meninggal. Saat penulis kesini dan bertanya pada salah satu warga, Bapak yang terlihat sudah berumur tersebut mengatakan bahwa tempat ini tidak lagi dipakai untuk mandi. “Kalau nio mandi di ateh tu a” sambil menunjuk ke lokasi pemandian yang penulis jelaskan di awal. 

Tapi di social media kita bisa menemukan postingan beberapa orang yang berani mandi di Lubuak Bonta ini tepat dibawah air terjun. Lumayan dalam dan tentu saja jernih. 

"Lubuak Bonta" Si Bening Yang Misterius

Entahlah, mungkin saja tempat ini tidak lagi dipakai untuk pemandian warga atau objek wisata. Terlepas dari cerita angker atau isu-isu negative mengenai tempat ini, banyak hal yang bisa kita petik pelajaran. Indah tak selalu ada untuk dipuja. Alam sama seperti manusia. Alam juga butuh waktu sendiri tanpa ada gangguan dari orang yang datang lalu pergi meninggalkan jejak bahkan polusi. Mungkin ini cara Lubuak Bonta dan “penghuni setempat” melindungi diri mereka serta menjaga agar tempat ini tidak rusak.